081-5678-1414-8

Kontak Kami

Menulislah mulai sekarang!

23.4.18

Belajar Motivasi dari Guru Wiyata Bakti


"Ngapunten, Pak. Saya masih WB. Bisa ikut gak?" sebuah pesan saya terima melalui aplikasi Whatsapp. Seorang ibu guru bertanya mengenai pelatihan menulis yang bakal saya gelar. Ibu guru ini mengatakan kalau sudah mendaftar, tapi harus menunggu insentif atau honornya turun untuk pembayarannya. Pesan ini seakan mengetuk keras pintu hati saya.



Saya pun memberi motivasi kepadanya bahwa yang penting konfirmasi bisa hadir dulu, pembayaran bisa dilakukan di lokasi pelatihan. Kebijakan ini memang hanya saya berikan secara khusus, mengingat kondisi menuntut demikian. Ibu guru itu pun dengan senang hati menjawab bakal hadir di pelatihan.


Tepat sembilan hari sesudahnya, ibu guru tersebut menghubungi lagi. Ibu guru itu menanyakan apakah ada guru WB (Wiyata Bakti/honorer) selain dirinya yang mendaftar pelatihan. Saya pun menjawab sekaligus memotivasinya, "Bu, tidak perlu membedakan honorer atau bukan. Monggo tetap berangkat, kita belajar bersama-sama."

"Nggih, Pak. Terima kasih atas motivasinya. Bismillah, demi ilmu yang bermanfaat," pungkasnya.

Dialog dengan ibu guru tadi seakan menampar saya. Mungkin juga kita semua. Status guru sering kali menjadi alasan untuk aktif atau tidak aktif dalam kegiatan pengembangan diri. Kita sering beralasan tidak bisa aktif karena status belum pegawai negeri. Tentu saja cerita tersebut menjadi jawaban, status tidak menjadi halangan untuk aktif dan berkarya.

Kisah ini harusnya juga mendobrak hati nurani para guru yang secara status "lebih mapan". Tak ada kendala yang berarti untuk berkarya bagi guru yang statusnya PNS, apalagi guru sertifikasi. Saatnya setiap guru "keluar dari zona nyaman" dan manfaatkan setiap rezekinya untuk mengembangkan profesionalismenya.

Salam literasi!





16.4.18

Dakwah Bil Koran, Strategi Jitu Sebarkan Kebaikan

Kegiatan pelatihan penulisan artikel di media massa baru saja berakhir. Meski sedikit lelah, tapi semua jadi hilang begitu diniatkan lillah. Itulah yang saya rasakan. Saya justru gembira dan bangga bisa menebar manfaat dengan menggelar pelatihan ini. Keberhasilan kegiatan pelatihan perdana SangPengajar.com ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus meneba kebaikan dengan kegiatan serupa.



Di akhir kegiatan ini, saya mendapatkan  dua buah buku. Kedua buku itu adalah hadiah dari narasumber pelatihan. Salah satu buku akan saya review sedikit atau tepatnya saya cuplik isinya. Kebetulan saya baru membaca sekilas dan belum menyelesaikannya. Tulisan ini sekaligus menjawab tantangan Bu Wulandari Arum, salah satu guru penulis dan pegiat literasi di Wonogiri. Tantangan yang diberikan adalah mengunggah cover buku selama tujuh hari, baik dengan review atau pun tidak.

Entah siapa yang memulai gerakan unggah cover buku ini. Menurut saya itu tidak penting. Esensinya adalah agar tiap guru rajin membaca dan memotivasi lainnya. Ini yang jauh lebih penting menurut saya. Era digital saat ini menuntut guru lebih banyak belajar dengan cepat, jija tak mau ketinggalan dari siswanya.

Buku yang saya buka pertama -karena masih disegel- adalah buku Dakwah bil Koran karya Nur Rakhmat. Saya dan Pak Nur pernah berada dalam satu kelas pelatihan menulis di Solo. Saat itu kami menjadi peserta Pelatihan Sagusabu MediaGuru.

Buku Dakwah bil Koran ini memuat kumpulan artikel Pak Nur yang diterbitkan di media massa. Artikel penulis sepanjang 2017 ada di buku ini. Tentu saja ini menjadi "santapan renyah", khususnya bagi saya yang selama ini belum pernah lolos artikelnya di media massa.

Artikel yang ditulis tentu saja seputar dunia pendidikan. Artikel ditulis dengan bahasa yang ringan, sehingga mudah dicerna. Penulis juga cerdas dalam memilih judul.  Kombinasi keunggulan ini menjadikan buku ini layak dimiliki oleh setiap guru.

Baru melihat cover dan sinopsis serta kata pengantar buku ini saja, saya merasa tertinggal jauh. Ada dunia yang belum saya sentuh. Ada sisi yang belum saya tekuni. Dunia itu adalah dunia menulis di media massa. Sisi itu adalah menebar seruan kebaikan (baca: dakwah) melalui tulisan. Tentu saja saya jadi merasa malu dengan si penulis buku ini.

Tulisan sarat dengan dakwah dituliskan dengan bahasa populer di buku ini. Tentu saja tujuaannya agar seruan itu lebih mudah diterima masyarakat. Saya pun jadi teringat dengan kewajiban yang Allah tegaskan di Surat An Nahl ayat 125. Sebuah perintah agar kita menyeru sesama ke jalan kebenaran dengan hikmah dan nasihat yang baik, serta membantah dengan santun.

Tampaknya pertemuan saya dengan Pak Nur Rakhmat adalah benar-benar desain dari Sang Pencipta agar saya semakin ingat dengan tugas sebagai hamba. Terima kasih, Pak Nur Rakhmat. Izinkan saya belajar dari jenengan!

9.4.18

Inilah Cara Mudah Atasi Mobile Banking Bermasalah

Kemajuan teknologi semakin memanjakan para penggunanya. Semua kemudahan bisa diperoleh langsung dari tangan kita. Salah satu kemudahan itu adalah dalam dunia perbankan.
Inilah Cara Mudah Atasi Mobile Banking Bermasalah

Jika dulu kita harus pergi ke bank untuk mentransfer uang, kini kita cukup duduk manis di rumah saja bisa melakukannya. Transfer uang bisa dilakukan dari handphone kita. Selain itu, berbagai transaksi lainnya juga bisa dilakukan, misalnya cek saldo, bayar tagihan listrik dan telepon, maupun pembelian berbagai produk.

Aplikasi mobile banking saat ini sudah tersedia untuk mendukung semua kebutuhan kita. Namun, kadang ada kendala yang muncul. Salah satunya adalah yang saya alami pagi ini.

Begitu membuka aplikasi mobile banking, saya mendapati intruksi verifikasi nomor HP. Saya diminta memasukkan nomor yang tertera di kartu ATM dan juga tanggal lahir. Saya pun memasukkan nomor yang diminta.

Beberapa saat kemudian ada SMS masuk berisi nomor verifikasi. Setahu saya, jika ada nomor verifikasi yang dikirim, harusnya ada fitur untuk memasukkan nomor itu di aplikasi dan mengirimnya. Namun, saya tidak mendapatinya.

Saya pun bingung, kode ini harus diapakan? Harus dikirim via apa? Merasa tak menemukan solusi, saya pun meluncur ke bank untuk bertanya ke customer service (CS).

Sesampainya di bank, saya duduk sesaat untuk antri. Setelah tiba giliran saya, saya pun sampaikan keluhan yang saya rasakan. Si mbak CS tampak sedikit bingung. Dengan gaya mengulur-ulur waktu, tampak dia sedang membaca panduan mengenai aplikasi mobile banking.

Hingga akhirnya saya temukan sendiri masalahnya. "Apa karena tidak ada pulsa regulernya ya, Mbak?" tanya saya. Saya pun inisiatif mengisi pulsa reguler nomor yang saya daftarkan untuk mobile banking.

Singkat cerita, masalah bisa tertangani. Begitu kode verifikasi dikirim via SMA, aplikasi bisa mendeteksi secara otomatis kode itu. Aplikasi pun bisa digunakan lagi.

Hikmahnya adalah tiap masalah ada  solusinya, jangan pernah ragu selesaikan masalah kita. Kadang masalah yang terlihat berat hanya butuh solusi sederhana. Itu hikmah selanjutnya.

Salam SangPengajar!
Punya tulisan yang ingin dimuat di web ini?. Hubungi kami di link ini:- http://bit.ly/SangPengajar
Mau langganan informasi?