081-5678-1414-8

Kontak Kami

Menulislah mulai sekarang!

23.1.18

Gara-gara Novelis

Hujan siang ini tak menyurutkan langkah kami untuk tetap melaksanakan ekstra KIR. Kami? Ya, benar! Saya, bu Zulaiha, dan 18 siswa peserta ekstra KIR tetap antusias melanjutkan ekstrakurikuler meski hujan mengguyur bumi siang ini.


"Harus ada yang beda untuk ekstra kali ini," demikian yang saya pikirkan saat akan memulai kegiatan. Saya pun mengajak para siswa menata tempat duduk. Lima meja dan lima kursi kami tempatkan di paling depan sebagai tempat presenter. Presenter? 

Benar, saya dan bu Zulaiha sepakat agenda hari ini adalah presentasi tiap kelompok penelitian. Kami bersama para siswa menyepakati melakukan penelitian sederhana di sekolah. Para siswa dibagi ke dalam empat kelompok untuk membuat instrumen dan mengambil data.

Dua pekan ini para siswa telah mengambil data. Responden terdiri atas siswa, guru, dan karyawan. Presentasi siang ini membuka mata kami. "Beginilah penelitian itu, akan banyak tantangan di lapangan yang kita hadapi," begitu saya sampaikan ke para siswa.

Para siswa tampak sangat antusias mengadakan penelitian dan mempresentasikannya siang ini. Mereka bergerak laksana ilmuwan, mengumpulkan data dan mendokumentasikan tiap kegiatan. Kamera DLSR merek terkemuka pun tampak mereka bawa di setiap pengambilan data dan juga sesi presentasi siang ini.

Tiba saat kelompok terakhir yang melakukan presentasi. Juru bicara kelompok ini menggunakan bahasa laksana cerita pendek atau novel. Kami pun seakan terbawa paparannya. Sesekali kami tertawa karena kagum dengan keterampilan berbahasanya. Presentasi Auliya, siswi yang menjadi juru bicara kelompok terakhir, seakan membius kami.

"Kalian benar-benar luar biasa, melebihi harapan kami ya, Pak Agus?" demikian kalimat motivasi dari bu Zulaiha menutup pertemuan ini. Apresiasi kami berikan karena semua kelompok memang luar biasa. Mereka sudah berjuang keras melakukan penelitian ini.

Satu yang saya rencanakan dari awal adalah berfoto bersama di akhir kegiatan. Namun, tampaknya kami terlena dengan presentasi Auliya yang laksana novelis. Kami pun pulang menembus hujan dengan hati gembira sore ini.

8.1.18

Celoteh Si Bungsu

Malam ini gelap menerpa rumah mungil ini. Listrik padam sejak siang tadi. Gerimis yang datang semakin menambah semangat untuk istirahat lebih awal malam ini. Namun, celoteh si bungsu membuat saya harus mengetik tulisan ini di layar HP yang saya miliki.

Sepulang dari shalat Isya, saya temui Salma, anak ketiga saya, sedang tidur sendirian sambil terisak-isak. Saya pun tanya, mengapa dia menangis. Ternyata baru saja dia ribut dengan adiknya, Wafa si bungsu (insyaallah).

Saya pun menanyakan apa yang baru saja terjadi pada istri yang sedang menemani si bungsu tidur. Kata istri saya, si bungsu dan kakaknya berebut umminya. Mereka ingin ditemani umminya menjelang tidur malam ini. Namun, mereka memilih kamar yang berbeda. Artinya, umminya harus memutuskan menemani salah satu dari keduanya karena tidak mungkin membagi badannya menjadi dua.

"Apa abi  biar cari ummi satu lagi biar gak rebutan?" tanyanya pada si bungsu. "Aku pilih ummi yang lawas saja," sahut si bungsu. "What?" pikir saya. Entah kenapa tiba-tiba umminya anak-anak berkelakar seperti itu. Semoga bukan karena dua judul buku dari penulis yang sempat kami sunting baru saja.
Punya tulisan yang ingin dimuat di web ini?. Hubungi kami di link ini:- http://bit.ly/SangPengajar
Mau langganan informasi?